Tingkatan Produk (Product Level ) Dalam Marketing | Pengertian dan Contohnya
Saturday, July 27, 2019
Tingkatan produk adalah istilah untuk membagi (klasifikasi) suatu produk berdasar manfaat atau kegunaan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan marketing dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat. Tingkatan produk nantinya membuahkan sebuah herarki yang akan sangat menentukan postioning suatu produk. Perlu diingat tingkatan produk ini berbeda dengan daur hidup produk atau Product Life Cylcel.
Contoh Tingkatan produk atau Product Level
Contoh tingkatan produk yang paling mudah adalah analogi dari pembelian suatu handphone. Fiture utama yang akan anda cari adalah cerminan dari tingkatan suatu produk. Ada orang yang mau membeli Hp sederhana karena Cuma butuh untuk telpon dan mengirim sms. Ada juga orang yang harus beli Hp Apple karena dia merasa keren jika memiliki Hp Apple.
Contoh tingkatan produk yang paling mudah adalah analogi dari pembelian suatu handphone. Fiture utama yang akan anda cari adalah cerminan dari tingkatan suatu produk. Ada orang yang mau membeli Hp sederhana karena Cuma butuh untuk telpon dan mengirim sms. Ada juga orang yang harus beli Hp Apple karena dia merasa keren jika memiliki Hp Apple.
Contoh tadi adalah gambaran sederhana dari suatu tingkatan produk. Dan berikut taupasar.com akan memaparkan tingkatan produk dengan lebih lengkap. Untuk hal ini kita menggunakan analogi membeli suatu rumah;
1. Core Benefit (Manfaat Utama)
contoh rumah core benefit - pixabay |
Core benefit adalah manfaat yang paling dasar dari suatu produk. Produk yang memposisikan tingkatan produknya dalam core benefit biasa memiliki segmen harga yang kompetitif. Misal sebuah rumah maka core benefit hanya menawarkan hunian yang standar saja yang penting layak huni. Dengan cara positioning seperti itu biasanya rumah yang ditawarkan harganya lebih terjangkau
2. Basic Product (Kebutuhan Dasar)
Basic product pada dasarnya adalah core benefit yang bisa dipilih. Jadi sama – sama memilki manfaat dasar namun ada laternatif pilihan yang ditawarkan. Customer dalam hal ini sudah bisa membandingkan produk mana yang dirasa lebih meyakinkan.
basic product : pixabay.com |
Jika dianalogikan dalam pembelian suatu rumah, maka basic product adalah rumah dasar namun ada beberapa pilihan. Yang paling sering adalah pilihan lokasi. Misal dalam suatu perumahan yang biasanya tipe sama namun seseorang bisa memilih diarea mana mereka lebih nyaman.
3. Expected Product (Produk Harapan)
Sudah bisa ditebak bahwa expected produk adalah produk yang didasari dari suatu keinginan atau imajinasi seseorang. Sederhananya expected produk adalah basic product yang sesuai atau mendekati imaginasi atau harapan kita.
expected product : pixabay.com |
Contoh expected produk dalam case rumah misalnya dalam pembelian hunian seseorang sudah membayangkan jarak rumah, ukuran rumah, design atau fasilitas pendukung. Expected product ini juga bisa diartikan mulai merenovasi rumah standar menjadi sesuai keinginan kita.
4. Augmented Product (Nilai Lebih)
Augmented product adalah expected produk yang ditambah value lain untuk membuat customer lebih tertarik. Augmented product ini adalah positioning yang paling sering untuk produk yang inovatif. Produk yang inovatif dianggap memiliki nilai lebih dibanding produk yang sudah umum dipasar karena menawarkan suatu yang lebih fresh atau up to date.
contoh perumahan augemented produk |
Contoh augmented dalam pembelian rumah yang fasilitasnya melebihi yang kita harapkan. Fasilitas yang lebih lengkap, desain bangunan unik atau sistem scurity terjamin adalah bagian dari augmented produk untuk rumah atau hunian.
5.Potential Product (Produk Masa Depan)
Produk potensial artinya memiliki harapan di masa yang akan datang. Produk – produk seperti ini sangat tergantung bagaimana seorang markering membuat orang yakin bahwa ini adalah sebuah infestasi di masa depan.
contoh rumah invenstasi - pixabay |
Contoh paling mudah adalah membeli rumah untuk investasi kedepan. Rumah yang dibeli diyakini nilainya di masa depan akan bertambah. Tidak jarang rumah yang masuk potential product tidak langsung dihuni.
Penulis : Sigit Utomo
Editor : Sigit Utomo
Related Posts