Homo Economicus vs Homo Islamicus | tausyariah
Monday, August 26, 2019
Apakah teman - teman dengan istilah homo economicus dan homo islamicus. Secara sederhana berarti makhluk ekonomi dan makhluk islami. Lantas mengapa kita perlu mengetahui pernedaan keduanya? Sebagai Muslim yang baik, seharusnya kita menjadi Homo Islamicus yang sejati sebagai potret diri dari nilai-nilai Islam yang teraktualisasikan.
Homo Economicus vs Homo Islamicus |
Lantas apa perbedaan di antara Homo Economicus dengan Homo Islamicus ?
Homo Economicus ➡ manusia rasional sebagai agen pemuas self interest untuk semua tujuan ekonomi yang diinginkannya.
Cirinya:
- Self interest memiliki peran penting sebagai motif perilaku ekonomi
- Rasionalitas merupakan basis acuan untuk semua analisis ekonomi guna memaksimalkan utilitasnya
- Tujuan utama kegiatan ekonominya yaitu memperoleh kemajuan atau kesejahteraan material
Cirinya:
- Adanya sifat altruistik (harmonisasi sosial) yang tidak hanya mementingkan diri sendiri (self interest), namun memperhatikan kepentingan sosial lainnya (social interest).
- Transformasi derajat self interest kepada tingkat nafs al-muthmainnah yang mencapai kesadaran Tauhid.
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan (QS. Al-Jatsiyah: 15)
"Wahai orang-orany yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui" (QS. Ash - Shaf: 10-11)
Rasionalitas diarahkan sebagai dasar perilaku Muslim yang mempertimbangkan hasrat diri, sosial, dan penghambaan kepada Allah SWT. Berorientasi dunia dan akhirat untuk mencapai Falah (kebahagiaan dunia akhirat)
Dengan demikian sudah sepatutnya sebagai Muslim kita harus menjadi Homo Islamicus sejati guna mewujudkan kemaslahatan dan mencapai Falah yakni kebahagiaan dunia dan akhirat.
Baca juga : Perbedaan Manajemen dan Pemasaran Syari’ah dengan Manajemen Pemasaran Konvensional
Sumber : Buku Ekonomi Islam: Perspektif Historis dan Metodologis Karya Arif Hoetoro (2017)
Editor : Sigit Ardho
Related Posts